Image Source: twitter.com/anime_eightysix |
Setelah menunggu kurang lebih 3 bulan lamanya, akhirnya dua episode terakhir dari anime 86 (Eighty Six) part 2 yang tidak bisa tayang pada tahun 2021 kemarin bisa dilanjutkan pada bulan Maret 2022 ini.
Dibandingkan dengan yang lain seperti Mushoku Tensei atau Tokyo Revengers yang juga tayang di tahun yang sama, anime ini tidak terlalu populer, meski menurutku ceritanya lumayan bagus.
Ketika proses produksi dari anime ini dikabarkan terkena masalah hingga berujung tertundanya penayangan beberapa episode hingga waktu yang cukup lama kukira anime ini sudah tidak ada harapan.
Namun ketika aku menonton dua episode terakhir yang tertunda selama tiga bulan itu, tanggapanku berubah. Aku sungguh sangat terkesan dengan betapa mengharukan, emosional, sekaligus indahnya kedua episode itu.
Saking terkesannya, bahkan sampai memotivasiku untuk membuat artikel tentang episode 22 hingga memujinya sebagai episode terbaik namun, setelah menonton episode terakhir ternyata itu juga tidak kalah indah.
Hingga sekarang, aku bahkan tidak bisa berhenti terkesan dengan betapa indahnya dua episode itu khususnya, episode terakhir. Tidak berlebihan rasanya untuk menobatkan kedua episode itu sebagai episode terbaik.
Wajar jika banyak penggemar anime ini yang berujar bahwa penantian tiga bulan mereka sungguh tidak sia-sia. Ketika anime kesukaannya ditutup dengan episode yang seindah itu siapa coba yang tidak senang.
Pada momen ketika Shin akhirnya bisa melihat sosok Lena untuk pertama kalinya di episode 22, sebenarnya aku kira itu klimaksnya. Aku sampai menangis saat menonton adegan itu saking terbawa ceritanya.
Saat itu, Shin digambarkan sedang depresi berat dan pikirannya hanya ingin mati karena Ia sudah tidak punya siapa-siapa tapi tiba-tiba itu semua pecah saat Ia melihat sosok Lena dengan mata kepalanya sendiri.
Walau pada akhirnya secara teknis itu tidak bisa dianggap sebagai "pertemuan" karena Shin hanya melihatnya dari dalam kokpit kendaraan tempur Reginleif miliknya jadi hanya Shin yang sadar, Lena tidak.
Setelahnya, kabar baik lain sampai ke telinganya. Bantuan dari Federasi Giad datang mengevakuasi dirinya dan ternyata teman-temannya yang lain tidak mati setelah usaha pertempuran sengit menghabisi Morpho sebelumnya.
Sesampainya di Federasi, Theo, Anju, Kurena, dan Raiden akhirnya tahu kalau Shin sudah bertemu dengan Lena. Mereka lega dan dengan lucu meledek Shin yang akhirnya bisa melihat sosok Lena.
Karena mereka sudah lama bersama, mereka semua tahu kalau Shin sebenarnya punya perasaan khusus kepada Lena meski Shin mencoba menutupinya dengan senyum kakunya, semua berakhir bahagia.
Momen terbaik lainnya yang sangat aku suka adalah pada adegan ketika Lena berjalan mendekati Shin, Theo, Anju, Kurena, dan Raiden, lalu melakukan sikap hormat dan memperkenalkan diri di episode 23.
Menghadap tepat di depan Shin, di bawah bayangan awan yang bergeser perlahan tergantikan sinar mentari yang menghias cerah wajah Lena. Dengan ekspresi yang serius, Ia menatap wajah orang-orang yang dikira asing baginya.
Berbeda dengan Shin, bagi Lena itu adalah pertemuan pertamanya dengan Shin dan teman-temannya. Jadi ketika Shin memperkenalkan diri, tentu saja Lena sangat terkejut hingga tidak tahan untuk meneteskan air mata.
Meski belum pernah bertemu, Theo, Anju, Kurena, dan Raiden sudah tahu siapa yang akan mereka temui, jadi mereka tidak lebih terkejut dari Lena tetapi lebih menunjukkan perasaan lega.
Itu adalah pertemuan yang mengharukan. Meski hanya melalui suara, hubungan Lena sangat dekat dengan Theo, Anju, Kurena, Raiden, dan Shin. Apalagi mereka sempat berpisah untuk waktu yang cukup lama sampai saling mengira sudah mati.
Aku masih ingat betapa sedihnya Lena ketika Shin mengucap salam perpisahan kepada Lena sampai Ia berlari keluar tidak ingin ditinggal oleh unit Spearhead yang tersisa di bawah komandonya itu, khususnya Shin.
Bagi Lena, unit Spearhead yang dipimpinnya itu berharga. Apalagi waktu itu Lena sedang merasa naksir dengan Shin. Walau hubungan mereka hanya melalui suara, tidak pernah melihat wajah masing-masing.
Merasa berjuang sendiri, Lena sampai tertekan dan marah pada dirinya sendiri hingga mengecat sebagian rambutnya dengan warna merah sebagai simbol kesedihan dan beban kematian para prosesor yang ditanggungnya itu.
Sebagai penonton, aku juga bisa merasakan emosionalnya pertemuan itu karena pada bagian ke-2 ini, kita hanya diperlihatkan jalan cerita dari sisi Shin, Theo, Anju, Kurena, dan Raiden di Federasi Giad setelah berpisah dengan Lena.
Kita bahkan tidak ditunjukkan dengan rinci bagaimana tepatnya ketika Republik San Magnolia dikabarkan hancur diserbu Legiun yang tidak ada habisnya dan bagaimana kondisi Lena di sana, hanya sekilas saja.
Oleh karena itu, pertemuan Lena dengan mantan unit Spearhead yang dipimpinnya dulu itu, suasana dan emosinya bisa dirasakan dengan jelas. Terutama bagi mereka yang tidak baca novelnya sama sekali.
Akhirnya mereka bisa bertemu kembali setelah sekian lama dan kali ini bisa melihat wajah masing-masing dalam keadaan sehat tanpa ada yang mati satu pun sejak putus kontak dengan Lena.
Pada episode ini terlihat sekali mereka sudah tidak menanggung beban yang berat, termasuk Lena yang sudah merasakan lega. Shin juga akhirnya bisa menunjukkan ekspresi senyum lembutnya di episode 23.
Lagu “LilaS” oleh SawanoHiroyuki[nZk]:Honoka Takahashi yang dijadikan lagu latar juga mampu menerjemahkan dengan baik suasana yang dirasakan Lena, Shin, dan lainnya dalam pertemuan mengharukan itu.
Aku juga suka dengan sinematografi yang ditampilkan pada dua episode ini. Terutama pada adegan penampilan masa lalu Shin di episode 22 dan adegan kamera memutar setelah Fido menghampiri tengah-tengah Lena dan Shin di episode 23.
Dua episode ini tidak akan pernah aku lupakan sebagai salah satu episode anime terbaik yang pernah aku tonton.
“Lama tak bertemu, Handler One”
Shinei Nouzen
0 Komentar